Kejatuhan ekonomi global yang sekarang melanda cukup
memprihatinkan,banyak Negara yang sudah mulai was-was bahkan sudah ada yang
terkena imbasnya. Indonesia yang selama ini dianggap kekuatan ekonominya lemah,
jauh dibanding saat kita jaya dulu ternyata melebihi perkiraan kebanyakan orang
didunia. Indonesia hampir tidak terkena imbas dari krisis ekonomi yang mulai
melanda dunia hingga saat ini. Dibandingkan Negara Tetangga Singapura, Thailand
dan Malaysia akan menjadi yang paling berisiko diantara negara-negara
berkembang Asia jika ada penurunan tajam dalam ekonomi global. Sementara
Indonesia dinilai Negara yang paling sedikit terpapar dan memiliki kapasitas
yang lebih besar untuk menghasilkan langkah-langkah stimulus seandainya ekonomi
dunia jatuh tajam. Demikian lembaga pemeringkat FitchSelasa(22/11/2011).
"Malaysia dan Thailand terlihat sangat terpapar dan memiliki ruang
terbatas untuk kebijakan stimulus,"kata analis Fitch Philip Mc Nicholas, mengutip
tingkat utang yang relative tinggi terhadap produk domestic bruto (PDB). Adapun
Indonesia, lanjutdia, karena ekonomi domestic yang besar dan rasio utangnya
terhadap PDB yang rendah,maka relative paling sedikit terpapar apabila terjadi
krisis ekonomi global. Ia menambahkan,Indonesia yang merupakan perekonomian
terbesar di Asia Tenggaraini,berada dijaluruntuk peningkatan peringkat dalam 12
sampai 18 bulan kedepan. Fitch saat ini memberikan peringkat BB + dengan out
look positif. "Kemampuan untuk menahan guncangan akan sangat menguntungkan
untuk kasus Indonesia,"Akibat krisis ekonomi global terhadap produsen kita
Barang-barang impor akan semakin membanjiri Indonesia sebagai pasar yang masih
sanggup menyerap produk-produk global.Ini memungkinkan karena daya beli masyarakat
diIndonesia masih kuat sehingga permintaan terhadap produk apapun akan tetap
stabil. "Jangan sampai produsen Indonesia kalah bersaing dan hanya menjadi
penonton. Mereka harus mampu mengisi tingkat permintaan yang terus meninggi
dipasar domestic dan jangan sampai barang asing yang menguasainya. Apalagi,
lihat dipasar Tanah Abang, banyak barang asal China yang memenuhi. Padahal,
barang asal Indonesia tidak kalah kualitasnya,"ujar Wakil Menteri Keuangan
Anny Ratna wati diJakarta, Rabu(23/11/2011), saat berbicara dalam seminar Komite Ekonomi
Nasional (KEN).Menurut Anny,Indonesia juga perlu mewaspadai perjanjian
perdagangan bebas yang semakin meluas. Itu akan dimanfaatkan secara
habis-habisan oleh Negara lain untuk mencari pasar seluas mungkin, termasuk
kepasar domestic Indonesia."Banyak free trade agreement yang harus
diantisipasi.Kalautahun 2012, permintaan global menurun,maka produk-produk
global akan menyerbu pasar-pasar yang masih memiliki daya beli. Indonesia harus
sadar agar produsen dalam negeri mampu mengisi pasar domestik,".Indonesia
juga tetap mengantisipasi perubahan pada net ekspor(selisih antara ekspor dan
impor)dengan menumbuhkan kontribusi belanja pemerintah dan investasi.Dengan
topangan belanja pemerintah dan investasi,Indonesia masih sanggup untuk
menumbuhkan perekonomiannya ke level 6,5 persen pada tahun 2011 dan 6,7 persen
pada tahun 2012.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia bisa turun juga. Pengamat ekonomi
Faisal Basri mengemukakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bias turun menjadi
sekitar 5 persen dari asumsi pemerintah dalam APBN 2012 sebesar 6,7 persen pada
tahun depan. Ini biasa terjadi jika krisis utang diEropa berubah menjadi krisis
keuanganya kniada satu bank di Eropa yang kolaps."Dan, kalau menjadi
krisis global itu akan sampai ke 4 persen juga. Ini seperti 2009 ,"terang
Faisal dalam konferensi pers"Indonesia Economic Outlook 2012" yang
diselenggarakan oleh Permata Bank, diJakarta, Selasa(22/11/2011). Namun, ia
melihat krisis utang yang terjadi diwilayah tersebut kecil kemungkinannya
menjadi krisis global.Ia melihat ada upaya-upaya yang telah dilakukan
pemerintahan negara-negara diwilayah itu untuk menyelesaikan krisis ini.Menurut
Faisal,kunci penyelesaian krisis berada dinegara Italia. Faisal mendukung
penunjukan Mario Montiuntuk menggantikan PM Italia,Silvio
Berlusconi."Mario Monti initeknokrat ekonomi,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar