Minggu, 26 Mei 2013

Manajemen Risiko Keuangan



1.1 Pengertian Manajeman Risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Pentingnya Manajemen Resiko Keuangan :
  1. Pertumbuhan jasa manajemen resiko yang cepat menunjukan bahwa manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan resiko keuangan.
  2. Adanya harapan yang besar dari investor pihak-pihak berkepentingan lainya, agar manajer keuangan mampu mengidentifikasikan dan mengelola resiko pasar yang dihadapi secara aktif.
Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensial resiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan :
  1. Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspetasi arus kas perusahaan. Aliran arus kas yang stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan resiko gagal bayar dan kebangkrutan atau resiko bahwa laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
  2. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkanperushaan untuk berkonsentrasi pada resiko bisnisnya yang utama. Dengan demikian, suatu perusahaan manufaktur dapat melakukan lindung nilai resiko suku bunga dan mata uang dan berkonsentrasi pada prosuksi dan pemasaran.
  3. Para pemberi pinjaman, karyawan dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana pensiun yang dikelolah pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan memberi kesempatan untuk berinvestasi dalam instrumen tertentu tanpa harus membeli atau menjual instrument terkait secara nyata.
Akhirnya, karena kerugian yang ditimbulkan oleh resiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi resiko yang dihadapi oleh konsumen.

1.2 Tujuan Manajeman Risiko
Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas. Resiko volatilitas harga yang dihadapi ini disebut dengan resiko pasar. Risiko pasar terdapat dalam berbagai bentuk. Meskipun volatilitas harga atau tingkat, akuntan manajemen perlu mempertimbangkan resiko lainnya:
  1. Risiko likuiditas, timbul karena tidak semua produk manajemen dapat diperdagangkan secara bebas.
  2. Diskontinuitas pasar, mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara bertahap.
  3. Risiko kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya.
  4. Risiko regulasi, adalah risiko yang timbul karena pihak otoritas public melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu.
  5. Risiko pajak, merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan.
  6. Risiko akuntansi, adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat selain bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai.

1.3 Peranan Akuntansi
Akuntansi manajemen memainkan peran yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai. Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domnestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestic mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai. Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup:
  1. antisipasi pergerakan kurs
  2. pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan
  3. perancangan strategi perlindungan yang memadai
  4. pembuatan pengendalian manajemen risiko internal.
Manajer keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitude perubahan kurs dan dapat menyusun ukuran-ukuran defensive memadai dengan lebih efisien dan efektif. Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada dua jenis potensi risiko translasi dan transaksi. Potensi risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang diinginkan. Kelebihan antara aktiva terpapar resiko dengan kewajiban terpapar (yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini) menyebabkan timbulnya posisi aktiva terpapar bersih. Posisi ini sering disebut potensi risiko positif. Devaluasi mata uang asing relatif terhadap mata uang pelaporan menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki posisi kewajiban terpapar bersih atau potensi risiko negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing menyebabkan kerugian translasi.
Potensi risiko transaksi, berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang.

1.4 Perlakuan Akuntansi
FASB menerbitkan FAS No 133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivative dan lindung nilai. Provisi dasar standar ini adalah seluruh instrument derivative dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban, keuntungan dan kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivative bukankan aktiva atau kewajiban, lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung niai secara tepat harus mengimbangi keuntungan dan kerugian sesuatu yang dilindungi nilai hubungan lindung nilai haruslah terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca laporan keuntungan atau keruhian dari investasi bersih dalam mata uang asing pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya keuntungan atau kerugian lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif.
Proses pencapaian tujuan tidak lepas dari hambatan atau kendala yang akan menghalangi pencapaian tujuan tersebut. MNC sebagai sebuah perusahaan yang beroperasi di banyak negara harus mampu melimpahkan wewenang kepada manajer anak perusahaan yang ada di luar negeri. Biaya dari kondisi ini dikenal dengan nama agency cost. Agency cost pada perusahaan MNC lebih besar daripada agency cost pada perusahaan domestik. Perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa hal seperti, sulitnya memonitor manajer-manajer dari anak-anak perusahaan yang letaknya jauh dari negara asal. Manajer-manajer anak perusahaan luar negeri yang tumbuh dalam budaya yang berbeda mungkin tidak mau mengejar tujuan yang seragam. Besarnya ukuran dari perusahaan multinasional raksasa juga menciptakan agency cost yang besar. Besarnya agency cost bervariasi menurut gaya manajemen suatu perusahaan multinasional. Gaya manajemen terpusat bias mengurangi agency cost karena gaya semacam ini memungkinkan manajer-manajer perusahaan induk untuk mengontrol anak perusahaan di luar negeri, sehingga mengurangi kekuasaan manajer-manajer anak perusahaan. Akan tetapi, manajer-manajer perusahaan induk mungkin tidak sebaik manajer-manajer anak perusahaan karena manajer-manajer perusahaan induk kurang memiliki pengetahuan tentang lingkungan anak perusahaan. Sebaliknya, gaya manajemen terdesentralisasi bias menimbulkan agency cost yang lebih besar jika manajer-manajer anak perusahaan membuat keputusan-keputusan yang tidak dilandasi oleh tujuan memaksimumkan nilai perusahaan induk secara keseluruhan. Gaya manajemen ini memiliki kelebihan lain, yaitu dekatnya manajer-manajer anak perusahaan ke operasi dan lingkungan anak perusahaan. Adanya untung-rugi dari pemakaian salah satu gaya manajemen di atas, sejumlah perusahaan multinasional berupaya untuk memanfaatkan keunggulan dari kedua gaya manajemen tersebut. Perusahaan induk memperbolehkan manajer-manajer anak perusahaan membuat keputusan-keputusan penting mengenai operasi mereka sendiri, tetapi tetap dimonitor oleh manajemen perusahaan induk untuk menjamin agar keputusan-keputusan tersebut harmonis dengan tujuan perusahaan induk.
Selain agency cost, ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala lingkungan, kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta, serta peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek bisnis yang berbeda-beda di tiap negara.
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara umum dapat menggunakan metode-metode berikut.
  1. Perdagangan internasional
  2. Licensing
  3. Franchising
  4. Usaha patungan
  5. Akuisisi perusahaan
  6. Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri

Metode-metode bisnis internasional meminta investasi langsung dalam operasi operasinya di luar negeri atau lebih dikenal dengan sebutan Direct Foreign Invesment. Perdagangan internasional dan pemberian lisensi biasanya tidak dianggap sebagai DFI karena keduanya tidak melibatkan investasi langsung dalam operasi di luar negeri. Franchising dan usaha patungan cenderung meminta investasi langsung, tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak perusahaan baru merupakan elemen DFI yang paling besar.
Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul. Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis internasional meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran. Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri. Risiko potik sendiri muncul pada saat perusahaan multinasional membentuk anak perusahaan di Negara lain, mereka terbuka terhadap risiko politik, yaitu tindakan-tindakan politik yang diambil oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi arus kas perusahaan.

Sabtu, 25 Mei 2013

analisis laporan keuangan

Kelompok2
Nama/Kelas    : Dita Riantiarni / 4EB09
NPM              : 21209168
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


The Housing Development Finance Corporation Limited (HDFC) di antara yang pertama untuk menerima 'pada dasarnya' persetujuan dari Reserve Bank of India (RBI) untuk mendirikan sebuah bank di sektor swasta, sebagai bagian dari liberalisasi RBI dari Perbankan India industri pada tahun 1994. Bank didirikan pada bulan Agustus 1994 atas nama 'HDFC Bank Limited', dengan kantor terdaftar di Mumbai, India. HDFC Bank mulai beroperasi sebagai Bank Umum Dijadwalkan pada Januari 199.

Berikut adalah analisis laporan keuangan DBS bank yang meliputi rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio profitabilitas, ROA, ROE, dan NPM yang dibuat berdasarkan laporan keuangan yang dikeluarkan tahun 2011 dan tahun 2012.

Rasio Likuiditas
Current ratio ialah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi

Current ratio            =   (aktiva lancar)
                                       --------------------       x 100%
                                      (hutang lancar) 

 Current ratio 2011 =  5,538,116,896
                                   ------------------- x 100%
                                    4,252,087,086 

                                   =  130,24%
Current ratio 2012   = 9,536,613,900
                                      ------------------  x100%
                                       14,671,446,472
                                   = 65%
Analisi : 
dilihat dari hasil perhitungan adanya penurunan kemampuan membayar hutang dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu pada tahun 2011 sebesar 130,24% dan di tahun 2012 sebesar 65%.


Rasio Efisiensi
Best Possible DSO adalah tolok ukur dengan mengabaikan penyimpangan2 yang ada dan hanya memakai angka tagihan (receivables) yang ada pada suatu saat. Dipakai sebagai pengukuran, makin dekat regular DSO pada Best Possible DSO, makin dekat pula tagihan (receivables) pada tingkat yang optimal.
Best Possible DSO mempergunakan 3 informasi untuk perhitungan:
  • Tagihan yang berjalan (Current Receivables)
  • Total penjualan kredit dalam periode perhitungan
  • Jumlah hari dalam periode perhitungan
Rumus:
Regular DSO = (Total Tagihan/Total Penjualan kredit) x Jumlah hari dalam masa Analisa
Regular DSO = (Tagihan penjualan kredit) / (total penjualan) x jumlah hari

Regular DSO 2011 = 1,788,928,741
                                    ----------------- x 360
                                    1,783,821,191
                                 = 361

Regular DSO 2012 = 4,317,617,958
                                    ------------------   x 360
                                    4,311,296,158
                                  = 360
analisis
Kemampuan membayar tagihan Bank HDB sedikit meningkat dari tahun sebelumnya


Rasio proftabilitas
Net Profit Margin ialah digunakan untuk laba bersih sesudah pajak yang dibandingkan dengan volume penjualan.
NPM = laba bersih sesudah pajak 
             ---------------------------------- x 100%
                         penjualan 

NPM 2011 =   158,077,557
                       --------------- x 100%
                       1,783,821,191
                   =  8,86%

NPM 2012 = 511,098,277
                      ---------------- x 100%
                      4,311,296,158
                   = 11,85 %
analisis :Laba bersih yang dihasilkan Bank  HDB mengalami peningkatan cukup besar pada tahun 2012


Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin tinggi ROA berarti semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi pengunaan asset.
ROA = laba bersih sebelum pajak 
            ---------------------------------- x 100%
                     (total aktiva)

ROA 2011 =  1,543,154,870
                       ----------------- x 100%
                       14,953,180,166
                   = 10,32 %

ROA 2012 = 3,611,154,204
                      ------------------ x 100%
                      40,680,833,075
                   = 8,88 %
Analisis:
Kemampuan manajemen untuk memperoleh keuntunga secara keseluruhan mengalami penurun dari tahun sebelumnya

Senin, 06 Mei 2013

Analisis Rasio

Kelompok2
Nama/Kelas    : Dita Riantiarni / 4EB09
NPM              : 21209168


PT Bank Windu Kentjana International Tbk. atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Bank Windu”, adalah Bank Umum Devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dan merupakan hasil merger antara PT Bank Multicor Tbk dan PT Bank Windu Kentjana pada tanggal 8 Februari 2008.

Dalam perjalanan usaha sebagai lembaga Intermediasi, hingga saat ini, Bank Windu telah memiliki jaringan 74 kantor yang tersebar di kota Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Kepulauan Riau, Pontianak, Tanjung Pinang, Palembang, Bali, Pekanbaru, Yogyakarta, Lampung dan Sukabumi. Serta kantor-kantor Bank Windu yang akan segera dibuka di daerah-daerah lainnya


NPL dalah jumlah kredit yang dikeluarkan oleh bank namun dalam kolektabilitasnya masuk pada kategori Kurang lancar, Diragukan dan kategori kredit Macet.

No Rasio Kinerja 31 maret 2013 31 maret 2012
1 NPL Gross 2,10 % 2,88 %
2 NPL Nett 1,51 % 1,75 %
3 ROA 1,89 % 2,31 %
4 ROE 12,47% 19,41%
5 NIM (Net Interest Margin) 5,14% 4,79%
6 Biaya operasional terhadap operasional (BOPO) 83,91% 80,00%
7 Loan to Deposit Ratio (LDR) 85,21% 83,15%


1. NPL

      NPL gross  = kolektibilitas 3s/d 5                   x  100 %
                            total kredit yang diberikan 

     NPL Nett   = kolektibilitas 3 s/d 5 - PPAT kolektibilitas 3 s/d 5    x 100%
                                             total kredit yang diberikan

besarnya NPL yang diperbolehkan saat ini oleh Bank Indonesia maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.

2. ROA (Return of Aset)
                                                                               
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin tinggi ROA berarti semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi pengunaan asset.

    ROA   = Laba bersih sebelum pajak      x 100%
                          Total Aktiva
 
3. ROE ( Return of Equity)

Return on Equity ialah mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan.
    
     ROE = Laba bersih sesudah pajak    x 100%

                         Total modal

4. NIM ( Net Interest Margin)

ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman, relatif terhadap jumlah aset.


      
NIM  = Pendapatan bunga bersih 
             rata-rata aktiva produktif

5. BOPO 

Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin tidak efisien operasi bank
 

6. LDR
Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar.








sumber : http://www.bankwindu.com/financial-reports.pdf